Minggu, 08 Januari 2012

 (batik koleksi pramudiyono m.dh )
BAHASA JAWA PEKALONGAN

Bahasa Jawa Pekalongan atau Dialek Pekalongan adalah salah satu dari dialek-dialek Bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah Jawa Tengah terutama di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah Tegal (bagian barat), Weleri (bagian timur), dan daerah Pegunungan Kendeng (bagian selatan).
Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang Jogya atau Solo, dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti.

SEJARAH
Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di daerah Kesultanan Mataram. Namun seterusnya ada zaman di mana bahasa-bahasa Jawa terutama dialek Pekalongan mulai terlihat berbeda karena asimilasi dengan budaya lain. DialekPekalongan baku zaman itu tadi sudah tak digunakan lagi pada dialek Pekalongan zaman sekarang.
Zaman sekarang banyak orang Pekalongan yang bekerja menjadi juragan Batik, tenun, dan tekstil, dan tetap menggunakan dialek tersebut yang mudah dimengerti orang Pekalongan sendiri. Adanya para juragan, pedagang juga para nelayan di daerah kota dan pinggiran Pekalongan, mewujudkan tersebarnya dialek ini.

CIRI KHAS
Meskipun dialek Pekalongan banyak menggunakan kosakata yang sama dengan Dialek Tegal, misalnya: bae, nyong, manjing, kaya kuwe, namun pengucapannya tak begitu "kental" melainkan lebih "datar" dalam pengucapannya.
Ada lagi perbedaan lainnya, contohnya menggunakan pengucapan: ri, ra, po'o, ha'ah pok, lha, ye.
Demikian pula adanya istilah yang khas, seperti: Kokuwe artinya "sepertimu", Tak nDangka'i artinya "aku kira", Jebhul no'o artinya "ternyata", Lha mbuh artinya "tidak tau", Ora dermohoartinya "tak sengaja", Wegah ah artinya "tak mau", Nghang priye artinya "bagaimana", Di Bya bae ra artinya "dihadapi saja", dan masih banyak lainnya.

CONTOH KALIMAT
DIALEK KOTA
Di bawah ini adalah contoh dialek yang digunakan di Kota Pekalongan. Eratnya budaya orang Pekalongan dengan budaya Arab dan Tionghoa menambah kosakata dan dialek di Pekalongan. Biasanya, para keturunan Tionghoa di Pekalongan juga berbicara dialek Pekalongan yang bercampur dengan bahasa Indonesia.
Dialek Pekalongan: Lha kowe pak ring ndi si?
Bahasa Indonesia: Kamu mau ke mana?

Dialek Pekalongan: Yo wis kokuwe po'o ra
Bahasa Indonesia: Ya sudah begitupun tak apa

Dialek Pekalongan: Tak ndangka'i lanang jebulno'o wadhok
Bahasa Indonesia: Aku kira lelaki ternyata perempuan

Dialek Pekalongan: Wallahi temenan po'o nyong ra ngapusi, yakin (pengaruh bahasa (Arab)

Bahasa Indonesia: Demi Allah aku tak berdusta, yakin

Dialek Pekalongan: Ya Allah, ke ra mosok ra percoyo si (pengaruh bahasa Arab)
Bahasa Indonesia: Ya Allah, mengapa tak percaya sekali
Dialek Pekalongan: Lha tadi sudah tak bilangke tapi ndak ngerti yo wis (pengaruh (bahasa Tionghoa)
Bahasa Indonesia: Tadi sudah kukatakan namun tak mengerti ya sudahlah

Dialek Pekalongan: mbok diambilke (pengaruh bahasa Tionghoa)
Bahasa Indonesia: Tolong ambilkan

DIALEK LUAR KOTA
Penggunaan dialek Pekalongan di daerah agak pinggir dari daerah kota, ada perbedaan sedikit pada pengucapannya. Banyak huruf vokal dan konsonan yang diucapkan agak "kental", umumnya dengan penambahan huruf "h" dalam pengucapannya. Bentuk dialek ini dipergunakan di daerah Batang (di bagian timur), Pemalang/Wiradesa (di bagian barat), sertaBandar/Kajen (di bagian selatan).
CONTOH:
Kata banyu (air) diucapkan benhyu
Kata Iwan (nama) diucapkan I-whan
Kata bali (pulang) diucapkan bhelhi
"Brahim" (nama: Ibrahim) diucapkan Brehiim
Contoh kalimat:
Wis ho, nyong pak bhelhi ndikik (Sudah ya, aku akan pulang dahulu)

Sumber : wikipedia.org

Kamis, 05 Januari 2012


KATANYA SIH…
Sekarang ada beberapa kalangan beranggapan bahwa anak jaman sekarang tidak seperti dahulu, kalimat seperti itu sudah sering kita  dengar, padahal makna kalimat tersebut bisa diartikan bahwa anak dulu sekarang sudah menjadi dewasa bahkan tua, sudah kakek-kakek dan nenek-nenek.
Tidak seperti dahulu bisa diartikan anak dulu lebih pinter dibanding anak sekarang, nah kalau itu yang dimaksud boleh dijawab bahwa anak dulu yang sekarang sudah dewasa/tua dan hidup sampai sekarang, sebenarnya dia sudah banyak makan asam garam dan banyak pengalaman yang diperoleh secara non formal, sedangkan anak sekarang belum berpengalaman seperti anak dahulu karena pengalaman non formalnya.
Diera sekarang ini kita akui bahwa perkembangan pendidikan sudah selangkah lebih maju  dan setingkat lebih tinggi dibanding lima dasa warsa  yang lalu, sekarang banyak anak yang menyandang gelar sarjana, anak-anak setingkat sekolah dasar sudah banyak yang mengenal dan dapat mengoperasikan computer dan main internet, justru terbalik para orang tua yang disebut-sebut pinter dibanding dengan anak sekarang tidak bisa  mengoperasikan komputer , bermain   internet atau faceebook, bahkan tidak sedikit orang tua yang sekarang dianggap pinter hanya tamatan SD atau SMP atau SMA dan berusia 50 tahun ke atas masih banyak yang tidak bisa  mengoperasikan Hand phone secara optimal, paling-paling sms an dan telephone saja, tapi anak sekarang banyak yang  menguasai dan menggunakan  vasilitas yang ada di handphone .
WIB : Anak sekarang lebih kritis terhadap apa yang diajarkan oleh guru di sekolahnya, seperti singkatan yang sering kita baca dan kita dengar melalui TV atau radio yaitu WIB : sudah jelas itu singkatan dari Waktu Indonesia Barat, tapi ada beberapa kalangan yang menyebut Waktu IndonesiaBagian  Barat, nah semula pertanyaan itu kita anggap hal yang konyol, tetapi setelah kita pahami bahwa kata “bagian” itu mengandung makna yang sangat dalam terhadap wawasan Nusantara sebab Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mengapa demikian apakah Indonesia tersebut merupakan negara serikat yang terdiri dari beberapa negara bagian?
SELAT  adalah laut sempit yang menghubungkan dua pulau, lalu sikecil yang duduk di kelas V sekolah dasar bertanya apa beda arti memisahkan dengan menghubungkan dalam pengertian selat? Orang tua yang bijaksana akan memberikan penjelasan bahwa dengan adanya selat bukannya kedua pulau itu dipisahkan, tetapi dihubungkan, terkadang kata memisahkan sering kita dengar, maka pantaslah jika menggunakan kata memisahkan banyak pulau-pulau yang ingin memisahkan dari NKRI ( itu hanya pendapat saya sebagai Penulis, maaf kalau pembaca kurang sependapat dengan argument saya)
ROKOK : Pada bungkus rokok terdapat tulisan peringatan yang berbunyi, “ merokok dapat menyebabkan kanker dst….” Dari tulisan itu para perokok ada yang tidak takut terhadap akibat merokok, karena beralasan dari  kata “dapat” yang artinya jika merokok belum tentu kena penyakit kanker dst.